saatnya kalibrasi hati, semoga masih beresonansi dengan frekwensi ilahi

ssalamualaikum rekan seperjuangan semuanya...
sedikit berbagi oleh2 dari seorang sahabat SMA yg sekarang di STAN...selamat meresapi...

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

-Bismillaahirrohmaanirrohiim


Mungkin terasa aneh ketika terbersit keinginan untuk mengupas masalah ini. Dari yang agak agak kontroversial hingga masuk juga ke hal hal yang sensitif. Namun ini bukti kepedulianku kepada kalian saudara-saudaraku. Saudara seperjuangan dalam menegakkan kalimatullah.

Saya yakin banyak yang menaruh perhatian pada fenomena ini. Ada yang cuma mengeluh dalam ucapnya, "Ah ternyata begini ya, kalau di dunia nyata seperti ini kalau didunia maya seperti itu, beda ya" (padahal dua duanya kan sama sama dunia nyata, kalau menurutku sih). Ada juga yang mencoba mengingatkan dengan sindiran halus (walaupun terkadang yang diingetin juga ngga nangkap maksudnya). Ada juga yang terdiam dengan tetap memegang teguh prinsipnya. Adakah sesuatu yang kau tangkap? Ya...semua punya maksud yang sama dan menyampaikan dengan cara mereka.

Masih jelas dalam ingatan ketika Dosen ASP mewanti wanti untuk tidak mendiamkan ketika seseorang melakukan kesalahan karena dengan mendiamkan maka akan terjadi rasionalisasi dan akhirnya tindakan itu-meskipun salah- akan dianggap wajar bahkan benar. Ketika itu Bapak Dosen mencontohkan bagaimana kondisi ketika beliau kuliah di STAN, ketika ada dua orang cowok cewek jalan berduaan akan dianggap aneh dan tidak wajar sekali biasanya orang-orang langsung menegur maka (dulu) jarang sekali beliau memergoki hal seperti itu. Bagaimana dengan fenomena yang terjadi sekarang? mungkin juga hal ini salah satunya disebabkan tindakan orang orang mendiamkan sehingga terjadi rasionalisasi sehingga hal itu(berduaan, jalan berdua atau apalah istilahnya) dianggap boleh dan wajar. Memang dalam Islam dibolehkan cukup mengingkarinya dalam hati namun bukankah hal itu selemah lemahnya iman.

Sekali lagi, insya Allah karena kecintaan dan kepedulianku pada kalian saudara saudaraku tulisan ini kubuat.

Sebenarnya Ada apa Sih? to the point aja deh...

Saya terkadang merasa gemes, ketika ada seorang ikhwan tiba tiba nongol di status fesbuk akhwat meskipun sekedar saran atau sebuah untaian kata penyemangat, atau candaan Geje biar mencairkan suasana. Sempat kepikiran juga, kira-kira kalau kalau dihadapkan langsung berani seperti itu tidak ya? Bukannya jealous karena bukan saya yang nongol disitu sehingga saya mbahas masalah ini.Bukan koq, insya Allah. Tapi pertimbangan pantas tidaknya, maslahat dan mudhorotnya saja.

Apa sih masalahnya?

Ketergantungan yang tidak baik, itu yang saya tangkap. Entah mengapa akhwat lebih sering berbagi tentang masalah-masalah pribadinya dibanding ikhwan tentunya. Kalau curhatnya sama Allah, sama Ayah atau Bunda, sama kakak atau sama teman sesama akhwat sih ga masalah. Nah masalahnya kalau curhatnya sama media yang bisa diakses semua pihak, misalnya MP,FB,DSB lah...
Jadi teringat nasehat seorang al akh tentang bahaya internet, karena beliau dikerjain dosen pada pertemuan pertama. Dosen tersebut tau info, profile, masalah dari semua mahasiswanya bahkan tanpa bertemu. Usut boleh usut ternyata sang dosen mendapat semua info dari internet. Tuh, percaya ga kalau internet itu bahaya?

Kembali ke permasalahan kita. Mungkin kita sempat berfikir begini, "Mereka kan aktivis dakwah. Insya Allah tahu batasan-batasannya". Tapi benarkah mereka tahu batas-batasnya? Bukankah syaithan lebih senang dan bangga ketika berhasil menggelincirkan para aktivis-aktivis dakwah, ustadz, ulama dan ahli ibadah dibanding menggelincirkan orang-orang biasa. Kenapa? Mungkin lagi, hal tersebut bisa jadi prestasi tersendiri bagi mereka, lebih berasa, dan lebih menantang. Kalau orang biasa sih lebih mudah, tinggal disenggol sedikit aja udah tergelincir, mereka nggak perlu repot-repot.

Justru syaithan tertantang untuk menggelincirkan orang-orang hebat, demi prestasi dan demi dampak luas yang akan ditimbulkannya bagi orang lain.
Seorang Akh di IMMSI pernah berpesan, "Sesungguhnya banyak mata tertuju pada antum, para aktivis dakwah"

Benar, sadar ataupun tidak banyak orang yang menjadikan figur seorang aktivis dakwah sebagai teladan, sebagai tolak ukur mereka dalam bersikap. Maka bayangkan apa yang akan terjadi ketika seorang aktivis melakukan penyimpangan, melakukan kemaksiatan. Penyimpangan sesaat seorang aktivis dakwah adalah pembenaran bagi orang lain untuk istiqomah dalam maksiatnya. Pak Ustadz aja begitu, berarti saya tidak salah dong... Naudzu billah.

Masya Allah, begitu halus syaithan bermain terhadap perasaan manusia. Halus sekali. Rapi, terencana, penuh kesabaran, pantang menyerah, perlahan, dan pasti. Itulah upaya syaithan menjerat hamba-hambaNya yang lemah ini.

Mencoba memahami, seperti yang dituliskan Ustadz Salim A.Fillah dalam NPSP, pada Akhwat, naluri untuk mendapatkan perhatian kadang menarik perasaan untuk mencoba mengetahui pandangan seorang ikhwan terhadap masalahnya. Mungkin tanpa sadar -ini yang diusahakan oleh syaithan-ada penilaian, pembandingan, lalu kecenderungan. Apalagi yang ditumbuhkan kecenderungan kalau bukan ketergantungan, dan apalagi yang ditumbuhkan ketergantungan selain rusaknya niat, keikhlasan, dan kesehatan cinta dalam setiap nafas dan aktivitas.

Jadi kalau sekedar comment, atau ungkapan simpati dalam wujud jempol yang terasa indah bila kita mendapatkannya apalagi yang memberi bukan orang sembarangan. Salahkah?

"Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa padanya, dan tenteram pula dalam hati. Dan Dosa itu adalah apa-apa yang syak dalam jiwa, ragu-ragu dalam hati, meski orang-orang memberi fatwa kepadamu dan membenarkannya" (HR Muslim)

Jikalau 'rasa' itu telah hadir, gimana dong?

Ketertarikan, meski banyak yang menilai itu wajar, perlu kita waspadai agar kita tidak salah dalam bersikap. Ah, ingat nasihat Ibnu Mas'ud disaat riak rasa ini hadir, "Jika kau tertarik pada seseorang, ingatlah kejelekan-kejelekannya!" Dengan mengingat ingat sisi kemanusiaannya yang tentu banyak kekurangan, maka kita tidak akan terlena. Penjagaan hati itu perlu, bahwa Allah lah yang harus lebih diprioritaskan daripada...

Hanyalah untuk Allah
Kan kupersembahkan
Cinta yang tertinggi dan termurni
Yang tumbuh dalam nurani
(Gradasi: Persembahan Cinta)

Sekali lagi masing masing dari Anda lebih tau dari saya. Mungkin perlu bagi anda menjaga kerahasiaan siapa nama orang yang anda tertarik kepadanya. Menjaga dalam keikhlasan hati, menjaga dalam kesucian khayalan, menjaga dari pandangan, menjaga dai ungkapan lisan maupun tulisan, menjaga dari ekspresi diri. Kita lihat lagi kisah dahsyat Ali dan Fatimah, saling mencintai dalam kerahasiaan yang paling rapat, tawakkal yang paling kuat, serta ikhtiar yang suci...hingga tentu kita tahu sendiri bagaimana Allah berkehendak untuk menghadirkan episode terindah pada akhirnya.

"Dan hendaklah menjaga kesucian dirinya, orang-orang yang belum mampu menikah, hingga Allah mengayakan mereka dari karuniaNya.." (An Nur 33)

Pastinya kita tahu makna keikhlasan dalam setiap amal. Saat kemampuan menikah belum ditangan maka biarlah 'rasa' itu berekspresi menjadi keshalihan, perbaikan diri hari demi hari. Karena kita tahu dan yakin akan janji Allah, yang baik akan menjumpai yang baik dan yang buruk akan menjumpai yang buruk.

"Wanita-wanita kotor adalah untuk lelaki yang kotor dan lelaki yang kotor untuk perempuan yang kotor. Dan wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik.." (An Nur 26)

Biarkanlah 'rasa' itu semakin indah jikalau sudah tiba masanya. Ketika akad telah terucap, akan terbukalah ladang pahala yang tiada terhingga. Jikalau dulu merupakan fitnah ketika dirimu tenggelam membayangkannya maka kini merupakan barokah saat dirimu semakin tenggelam dalam cinta dengannya karena Allah. Jikalau dulu tabu ketika kau memanggil namanya kini indah merupakan keindahan saat dirimu memanggilnya lembut dengan nama yang paling disukainya. Maka akan genaplah separuh Dien bagi yang menjaga kesucian cintanya dengan pernikahan.

Orang suci..menjaga kesuciannya dengan pernikahan, dan menjaga pernikahannya dengan kesucian. (Salim A. Fillah)

Terakhir, sebagaimana para Sahabat dulu sering sekali berdoa kepada Allah agar diberikan keistiqomahan, ketetapan dalam Iman maka sudah selayaknya pula kita tak henti hentinya memohon kepada Allah agar hati kita senantiasa ditetapkan pada keimanan dan ketaatan.

"Duhai Rabb yang Maha membolak balikkan hati, tetapkan hati kami pada pada AgamaMu dan Ketaatan kepadaMu."

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

mari membangun diri yang lebih bersih, membangun pilar yang lebih kokoh, teriring hati yang khusu' dan ikhlas, tunduk tawadhu pada Rabbnya

=bila memang semua ini untuk-Nya, maka lakukan dengan cara-Nya=

semoga bermanfaat....





copas message dari 'Uun Ainurrafiq atas seizinnya


apr 15, '10 12:12 am

Comments

Popular posts from this blog

Polisi Sahabat Anak-anak

map of my colony

Traveling sejak dalam kandungan