tentang dia, teman terbaikku
Dia mengajarkanku rasa itu
Jiwa sosial yang kini tertanam dalam diriku, sedikit banyak, darinya aku belajar
Kesabarannya, kata-katanya yang mengalir lembut saat berinteraksi dengan masyarakat, keberaniannya untuk memulai pembicaraan dengan ibu-ibu, bapak-bapak yang bahkan belum dikenalnya. Ah, gerak-geriknya apik sekali. Aku menirunya, aku ingin seperti dia yang begitu elok membaurkan dirinya dengan masyarakat sekitar.
Setiap ia melangkah, akan ada orang yang memanggilnya.
Seringkali aku berjalan di sisinya, lalu ada yang memanggil namanya.
Oh, ternyata bapak penjual gorengan di depan gang.
Di lain waktu, oh, ibu penjual bajigur di gang PGA.
Lain kesempatan lagi, bapak yang pernah mereperasi printernya.
Subhanallah... Aku salut padanya.
Mulai dari penjual batagor, penjaga foto copy, ibu cuci, khadimat sebelah rumah, penjual bajigur, para orang tua murid TPA, mengenalnya.
Dan, gak hanya di masyarkat, jiwanya terbukti baik juga saat di rumah.
Tak pernah ia mengeluh akan kelakuanku, yang mungkin tak pernah menghargai apa yang telah dilakukannya untukku. Tapi, dia tetap ikhlas. Melakukan segalanya dengan konsisten.
Di dekatnya, tenang hati ini.
Setiap kali aku pulang dengan hati yang sedang kacau, ke tempatnyalah aku berlabuh.
Tak ada satu keluhanpun yang pernah kudengar dari bibirnya.
Sungguh, aku ingin meniru segala kebaikan yang ada di dirinya.
Kadang, aku berfikir, ada berapakah akhwat seperti dia di bumi-Mu ini Ya Allah?
Beruntunglah ia yang kelak berjodoh dengannya.
Rabb... hanya Engkau yang mampu membalas segala kebaikannya.
Sahabatku, yang selalu memberikan yang terbaik. Walau aku, belum pernah memberikannya apapun.
dec 15, '08 8:06 pm
Jiwa sosial yang kini tertanam dalam diriku, sedikit banyak, darinya aku belajar
Kesabarannya, kata-katanya yang mengalir lembut saat berinteraksi dengan masyarakat, keberaniannya untuk memulai pembicaraan dengan ibu-ibu, bapak-bapak yang bahkan belum dikenalnya. Ah, gerak-geriknya apik sekali. Aku menirunya, aku ingin seperti dia yang begitu elok membaurkan dirinya dengan masyarakat sekitar.
Setiap ia melangkah, akan ada orang yang memanggilnya.
Seringkali aku berjalan di sisinya, lalu ada yang memanggil namanya.
Oh, ternyata bapak penjual gorengan di depan gang.
Di lain waktu, oh, ibu penjual bajigur di gang PGA.
Lain kesempatan lagi, bapak yang pernah mereperasi printernya.
Subhanallah... Aku salut padanya.
Mulai dari penjual batagor, penjaga foto copy, ibu cuci, khadimat sebelah rumah, penjual bajigur, para orang tua murid TPA, mengenalnya.
Dan, gak hanya di masyarkat, jiwanya terbukti baik juga saat di rumah.
Tak pernah ia mengeluh akan kelakuanku, yang mungkin tak pernah menghargai apa yang telah dilakukannya untukku. Tapi, dia tetap ikhlas. Melakukan segalanya dengan konsisten.
Di dekatnya, tenang hati ini.
Setiap kali aku pulang dengan hati yang sedang kacau, ke tempatnyalah aku berlabuh.
Tak ada satu keluhanpun yang pernah kudengar dari bibirnya.
Sungguh, aku ingin meniru segala kebaikan yang ada di dirinya.
Kadang, aku berfikir, ada berapakah akhwat seperti dia di bumi-Mu ini Ya Allah?
Beruntunglah ia yang kelak berjodoh dengannya.
Rabb... hanya Engkau yang mampu membalas segala kebaikannya.
Sahabatku, yang selalu memberikan yang terbaik. Walau aku, belum pernah memberikannya apapun.
dec 15, '08 8:06 pm
Comments