i miss you, kimia
Rabu kemaren, ke ITB. Ada rapat jam 4 sore di Salman. Udah nungguin sejak jam 16.15 (saya telat, karena di luar dugaan, jalanan macet karena hujan), eh ternyata belum ada yang datang.
Sembari menuggu, saya memerhatikan pelajar2 SMA yang sedang 'berguru' dengan mahasiswa2 ITB. Nah, tepat di hadapan saya, ada sekelompok pelajar SMU, sedang berguru Kimia, sama 2 orang mahasiswi ITB.
Saat mendengar apa yang sedang mereka pelajari, pikiran saya melayang ke masa sekolah saya, saat-saat dimana kata-kata 'bersaing' itu selalu ada setiap harinya. Saat-saat dimana segala macam rumus beterbangan di setiap simpul saraf yang ada di otak.
Lebih dari itu, saya kembali terbayang ikatan-ikatan atom carbon dan hidrogen serta oksigen yang dimodelkan dengan molimod, yang membentuk etana, metana, etena dan bentuk2 lain yang merupakan turunan dari alkuna, alkena, alkadiena.
Saya teringat kembali dengan konsep mol yang sejak duduk di kelas 1, sudah menjadi makanan tetap, rumus dasar yang wajib diketahui untuk dapat mengatasi soal-soal Kimia. Atau perbandingan Avogadro yang sering sekali dipakai dalam menentukan Ar atau Mr.
Reaksi pembakaran, katalisator, Sistem Periodik Unsur, jumlah molekul, kulit atom,asam, basa. Dua Mg direaksikan dengan Odua menghasilkan dua MgO.
Ah...rasanya kata-kata semacam itu sudah lama sekali saya tidak pernah mendengarnya. Mata pelajaran yang jadi andalan saya saat sekolah. Sayang sekali semua itu menguap begitu saja seiring berlalunya waktu. 3 tahun lebih sudah saya tidak pernah lagi bersinggungan dengan Kimia, setelah terakhir kali mempelajarinya di semester 1, semester awal kuliah saya di STT Telkom. Masih, Kimia menjadi salah satu mata kuliah andalan saya. Namun kini... kemana semua rumus2 yang pernah dengan sangat serius sekali saya pelajari, mencoba berbagai reaksi di lab, menentukan tingkah Ph suatu zat, menentukan asam, basa, bermain dengan suhu dan air murni serta HCl. Semua hilang. Begitu saja. Tak berbekas. Hanya sedikit yang tertinggal. Kimia, tak terpakai di jurusan yang saya geluti.
Jangan-jangan, begitu juga nasib dari ilmu-ilmu yang telah banyak saya pelajari di kampus ini: trafik, switching, kalkulus, matematika diskrit, variabel kompleks, aljabar linear, signal dan sistem, probabilitas dan statistika, rangkaian listrik, elektronika, pengukuran dan catu daya, sistem komunikasi, organisasi komputer, jaringan komputer, elektromagnetika, sistem komunikasi bergerak, sistem komunikasi optik, satelit, radio, elektronika komunikasi, mikroprosesor, teknik digital, komponen gelombang mikro, antena.
Setelah nantinya saya bekerja, akankah semuanya masih melekat dalam ingatan? Sekarang saja, sebagian dari apa yang telah saya pelajari di kampus ini hampir menghilang. Nilai-nilai bagus yang saya peroleh bahkan tidak bisa menjamin keberlangsungan ilmu-ilmu itu di dalam otak saya. Padahal, memory otak saya sebenarnya masih tersisa banyak sekali. Apalagi jika kelak, saya sudah berkeluarga, menjadi seorang ibu, jika kelak anak saya mempertanyakan hal-hal mengenai fisika, kimia, matematika, dan ilmu-ilmu lainnya... akankah saya masih bisa membantu?
Ataukah saya harus mempelajarinya ulang? Mengikuti les privat? Atau ikut bimbingan belajar?
Ah... barangkali pikiran saya sudah sangat jauh melayang.
Nggak terasa, udah jam 17.00. Tapi, temen2 yang seyogyanya punya jadwal rapat dengan saya hari ini tidak satupun yang datang. Mencoba menghubungi sang koordinator, nggak bisa, hape-nya sedang di 'rumah sakit'. Akhirnya, dalam hujan saya kembali pulang dengan masih membayangkan rumus-rumus serta reaksi-reaksi kimia yang pernah sangat saya pahami. Dulu.
jan 31, '08 10:30 pm
Sembari menuggu, saya memerhatikan pelajar2 SMA yang sedang 'berguru' dengan mahasiswa2 ITB. Nah, tepat di hadapan saya, ada sekelompok pelajar SMU, sedang berguru Kimia, sama 2 orang mahasiswi ITB.
Saat mendengar apa yang sedang mereka pelajari, pikiran saya melayang ke masa sekolah saya, saat-saat dimana kata-kata 'bersaing' itu selalu ada setiap harinya. Saat-saat dimana segala macam rumus beterbangan di setiap simpul saraf yang ada di otak.
Lebih dari itu, saya kembali terbayang ikatan-ikatan atom carbon dan hidrogen serta oksigen yang dimodelkan dengan molimod, yang membentuk etana, metana, etena dan bentuk2 lain yang merupakan turunan dari alkuna, alkena, alkadiena.
Saya teringat kembali dengan konsep mol yang sejak duduk di kelas 1, sudah menjadi makanan tetap, rumus dasar yang wajib diketahui untuk dapat mengatasi soal-soal Kimia. Atau perbandingan Avogadro yang sering sekali dipakai dalam menentukan Ar atau Mr.
Reaksi pembakaran, katalisator, Sistem Periodik Unsur, jumlah molekul, kulit atom,asam, basa. Dua Mg direaksikan dengan Odua menghasilkan dua MgO.
Ah...rasanya kata-kata semacam itu sudah lama sekali saya tidak pernah mendengarnya. Mata pelajaran yang jadi andalan saya saat sekolah. Sayang sekali semua itu menguap begitu saja seiring berlalunya waktu. 3 tahun lebih sudah saya tidak pernah lagi bersinggungan dengan Kimia, setelah terakhir kali mempelajarinya di semester 1, semester awal kuliah saya di STT Telkom. Masih, Kimia menjadi salah satu mata kuliah andalan saya. Namun kini... kemana semua rumus2 yang pernah dengan sangat serius sekali saya pelajari, mencoba berbagai reaksi di lab, menentukan tingkah Ph suatu zat, menentukan asam, basa, bermain dengan suhu dan air murni serta HCl. Semua hilang. Begitu saja. Tak berbekas. Hanya sedikit yang tertinggal. Kimia, tak terpakai di jurusan yang saya geluti.
Jangan-jangan, begitu juga nasib dari ilmu-ilmu yang telah banyak saya pelajari di kampus ini: trafik, switching, kalkulus, matematika diskrit, variabel kompleks, aljabar linear, signal dan sistem, probabilitas dan statistika, rangkaian listrik, elektronika, pengukuran dan catu daya, sistem komunikasi, organisasi komputer, jaringan komputer, elektromagnetika, sistem komunikasi bergerak, sistem komunikasi optik, satelit, radio, elektronika komunikasi, mikroprosesor, teknik digital, komponen gelombang mikro, antena.
Setelah nantinya saya bekerja, akankah semuanya masih melekat dalam ingatan? Sekarang saja, sebagian dari apa yang telah saya pelajari di kampus ini hampir menghilang. Nilai-nilai bagus yang saya peroleh bahkan tidak bisa menjamin keberlangsungan ilmu-ilmu itu di dalam otak saya. Padahal, memory otak saya sebenarnya masih tersisa banyak sekali. Apalagi jika kelak, saya sudah berkeluarga, menjadi seorang ibu, jika kelak anak saya mempertanyakan hal-hal mengenai fisika, kimia, matematika, dan ilmu-ilmu lainnya... akankah saya masih bisa membantu?
Ataukah saya harus mempelajarinya ulang? Mengikuti les privat? Atau ikut bimbingan belajar?
Ah... barangkali pikiran saya sudah sangat jauh melayang.
Nggak terasa, udah jam 17.00. Tapi, temen2 yang seyogyanya punya jadwal rapat dengan saya hari ini tidak satupun yang datang. Mencoba menghubungi sang koordinator, nggak bisa, hape-nya sedang di 'rumah sakit'. Akhirnya, dalam hujan saya kembali pulang dengan masih membayangkan rumus-rumus serta reaksi-reaksi kimia yang pernah sangat saya pahami. Dulu.
jan 31, '08 10:30 pm
Comments